Sunyi sepi mendekam jiwaku, aku tertunduk bisu bagaikan seorang diri  yang berada ditengah-tengah dihamparan luas padang ilalang yang menari  indah ditiup angin sepoi-sepoi yang mengalunkan melodi syahdu.
Hari-hari  kulalui dengan kesendirian, tak ada hari yang spesial bagiku, tak  pernah kulalui hari dengan kecerian dan kebahagian, yang ada hanya drai  bulir air mata yang selalu menetes lewat sudut kelopak mataku.
"Tuhan  itu tak adiiiil......." Teriakku sekencang-kencangnya, tapi entah  mengapa tak ada satu orangpun yang mau peduli dengan keadaanku saat ini.
"Aku  benci semuanya....!!!!" suaraku menggema memecah keheningan malam  dijalanan kosong tanpa seorangpun yang melintas. langkah kakiku gontai  tanpa arah tujuan, terus menapaki jalanan beraspal yang basah karena  tetesan air hujan.
Suara jangkrik kecil dan binatang malam  menemani langkahku, hawa dingin merasuk hingga ketulang, tapi aku tetap  tak peduli "Aku gak mau kembali kerumah!" tekadku dalam hati.  Butir-butir mutiara itu terus mengalir deras membanjiri pipiku.  "haruskah aku mengakhiri hidup ini? Agar semuanya segera berakhir!"  tiba-tiba terpikir hal bodoh itu dalam benakku.
"Gak!!! Aku harus  tetap tegar seperti karang dilautan. Aku gak boleh lari dari masalahku."  Kuhapus butiran mutiara itu dengan kedua telapak tanganku. Aku berhenti  dan duduk dipinggiran danau kecil yang ditumbuhi teratai indah. mataku  menerawang jauh mengingat semua yang telah terjadi dalam hidupku.
Aku  "Aulia Finanzha" gadis berumur 17 tahun yang selalu tertekan batin oleh  skap kedua orangtuaku sendiri. Ya....! selama 17 tahun aku hidup  didunia ini hampir setiap hari kulalui dengan derai bulir airmatayang  selalu membanjiri wajahku karena perlakuan kasar kedua orangtuaku.  Selama ini aku selalu bersabar dan hanya bisa diam menerima makian dan  hukuman fisik dari mereka. Tapi saat ini aku sudah tidak sanggup lagi  menerima semua itu.
"Bul... Kamu kenapa?" aku kaget mendengar  suara yang sanagt ku hafal itu menyapaku. Kubaikkan tubuh ini menghadap  orang itu, dengan spontan kupeluk tubuhnya. hangat pelukannya membuat  hatiku damai dan tenang.
Dia "Radit Kusumawidjaya" sosok anak  laki-laki yang sangat akrab denganku satu tahun belakangan ini. Aku dan  Radit memiliki nama panggilan unik yang kami buat bersama . Aku  memanggilnya "BemBem" karena radit memiliki pipi yang cukup tembem, dan  Radit memanggilku "BulBul" karena tubuhku yang bisa dibilang lumayan  gembul (hehehe).
Meskipun aku baru bersahabat dengan Radit, akan  tetapi dia sangat mengerti betul dengan sikap dan keadaanku saat ini.  Meskipun aku mengakui, terkadang sifat manjaku terlalu berlebihan  padanya, karna bagiku hanya dia satu-satunya orang yang sangat berarti  dihidupku. Hanya saat bersamanya semua beban dipundakku terasa ringan  seketika, hanya dia yang mampu membuat bibirku mampu merekahkan  senyuman.
"Kamu kenapa Bul..?" Tanya Radit sambil mengusap-usap kepalaku.
Aku  hanya diam, yang terdengar hanay isak tangisku. Aku mempererat  pelukanku, seakan-akan aku tak mau kehilangan orang yang telah menjadi  Pahlawan hidupku selama ini.
"Udahan dong nangisnya, udah gede gini  masih aja cengeng! kalau ada masalah itu cerita ma Bem dong, katanya  kita sahabatan!" Ujarnya tersenyum sambil menghappus airmata yang masih  mengalir deras dipipiku.
Bersambung .....

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar